Vredeburg.id

Merancang museum sebagai “rumah belajar”, selaras dengan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) karena banyak program kegiatan di museum yang sangat memungkinkan untuk digarap bersama dengan para mahasiswa. Selain itu museum juga merupakan suatu lembaga yang sangat ramah terhadap berbagai disiplin ilmu, seperti Ilmu Kimia, Sejarah, Arkeologi, Bahasa Inggris, Desain Komunikasi Visual, dll, bahkan siswa STM pun bisa magang di museum karena museum juga memiliki bengkel. Dengan kegiatan magang diharapkan bisa terbangun “simbiosis mutualisme” antara museum dengan mahasiswa magang. Museum mendapatkan sumbangan inovasi untuk memajukan museum dari mahasiswa magang, sementara mahasiswa magang mendapatkan pengalaman untuk mengaplikasikan ilmunya selama dikampus.

Diskusi ini mengemuka dalam Talkshow Radio yang mengusung tema ‘Magang CERIA di Museum’ pada Selasa (17/5/2022). Talkshow ini dihadirkan dalam rangka menyemarakkan Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada bulan Mei. Selain itu Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk edukasi sekaligus publikasi program museum kepada masyarakat. Hadir sebagai narasumber V. Agus Sulistya, S.Pd., M.A. (Pamong Budaya Ahli Madya Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta) dan Lukman Hakim, S.Kom.I., M.A. (Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta). Talkshow ini ditayangkan secara live di Radio Swaragama FM Jogja.

“Saat ini Museum Benteng Vredeburg sedang menyusun kurikulum magang yang diharapkan akan memudahkan mahasiswa saat akan terjun melakukan magang di museum. Selain itu, proses pendaftaran magang di Museum Benteng Vredeburg semakin dipermudah dengan hadirnya fasilitas layanan ‘magang pinter’ yang bisa diakses di www.vredeburg.id”, papar V. Agus Sulistya.

Lebih lanjut Agus menjelaskan bahwa layanan Magang Pinter adalah singkatan dari Magang, Pinjam Tempat dan Voluntair (sukarelawan). Magang diperuntukkan bagi siswa ataupun mahasiswa yang melakukan program magang atas rekomendasi dari pihak sekolah. Sementara Voluntair diperuntukkan bagi masyarakat umum yang atas keinginan pribadi ingin melakukan magang di museum. Selain Magang dan Voluntair, tersedia juga fasilitas pinjam tempat bagi masyarakat umum atau komunitas yang ingin berkegiatan seperti seminar, workshop, maupun pameran dengan menggunakan fasilitas tempat yang disediakan oleh museum.

Sementara Lukman Hakim mengungkapkan bahwa kegiatan magang menjadi media bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu yang dipelajari dikelas ke lapangan pekerjaan, sehingga diharapkan dapat memberikan pengalaman kontekstual lapangan yang akan meningkatkan kompetensi mahasiswa secara utuh, siap kerja, bahkan bukan tidak mungkin, mahasiswa akan direkrut menjadi karyawan apabila selama magang mampu memberikan kontribusi positif bagi industri / instansi tempatnya magang. Selain itu, bagi Prodi maupun Universitas, keberhasilan alumni untuk mendapatkan pekerjaan dalam kurun waktu 6 bulan setelah kelulusan, maka akan berimbas baik bagi akreditasi jurusan tersebut.

Bagi industri/instansi, kehadiran mahasiswa magang diharapkan akan membawa perspektif baru. Selain itu prodi maupun universitas juga mendapatkan saran dan masukan dari industri terkait terkait keahlian yang dibutuhkan oleh mahasiswa, kemudian dari Kampus akan menyediakan siapa mahasiswa yang kira-kita tepat diterjunkan di tempat magang tersebut. Intinya adalah liniaritas kebutuhan dari prodi dengan kebutuhan di tempat magang.

“Sehingga ketika mereka magang, tidak seperti “bawang kothong”. Jangan sampai pihak industri mengkomplain bahwa mahasiswa magang tidak bisa apa-apa, sehingga waktu 3 bulan magang bukannya membantu, tapi malah untuk ngajari mahasiswa. Kalau bisa adaptasi cukup 1-2 minggu, setelah itu mereka bisa mandiri untuk melakukan apa yang menjadi tugas mereka di tempat magang”, pungkas Lukman.

Penulis: Lilik Purwanti (Pamong Budaya Ahli Pertama Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta)