Berkobar Lewat Surat Kabar: Mesin Cetak Heidelberg dan Surat Kabar “Kedaulatan Rakyat”

administrators 18 Januari 2024 14:28:49 136


Perkembangan surat kabar di Indonesia dapat ditarik mundur kemunculan pertamanya di periode Kolonialisme Belanda. Di masa penjajahan Belanda, surat kabar banyak dimiliki oleh orang Belanda, meskipun ada pula golongan pribumi yang mencoba membangun terbitan lokal. Surat kabar kala itu sudah punya banyak fungsi, seperti, iklan produk, tulisan opini, berita peristiwa, dan pengumuman kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Contoh surat kabar lokal yang dibangun oleh pribumi adalah Sedya Tama. Didirikan oleh para pejuang dan lanjutan dari harian Budi Utomo, surat kabar Sedya Tama menggunakan bahasa Jawa, terbit 2 minggu sekali di Yogyakarta.


Saat pendudukan Jepang 1942, surat kabar berfungsi sebagai alat propaganda menarik simpati dan perhatian masyarakat Indonesia untuk mendukung Perang Dunia II saat itu. Sedya Tama, yang masih terbit di masa pendudukan Jepang, akhirnya dilarang dan diambil alih oleh Jepang dan berganti nama menjadi surat kabar harian “Sinar Matahari”. Sinar Matahari yang dinaungi oleh Jepang terbit dengan menggunakan bahasa Indonesia, sehingga jurnalis yang bekerja di sana pun banyak dari orang-orang pribumi. Perkembangan serta perebutan surat kabar tersebut menandakan pentingnya peran surat kabar, tak hanya sebagai media informasi,  tetapi juga sebagai pembangun citra dan pemersatu pikiran serta semangat.


Saat kekalahan Jepang di Perang Dunia II dan proklamasi kemerdekaan yang semakin dekat, pribumi yang bekerja di Sinar Matahari mulai membuat surat kabar yang berisi tentang perjuangan dan kesempatan bangsa Indonesia untuk merdeka. Pada 17 Agustus 1945 saat proklamasi kemerdekaan tersebar, seorang pemuda Yogyakarta yang merupakan salah satu pekerja di Sinar Matahari, yaitu H.M Samawi, bersama Sumantoro memimpin para pekerja dan pribumi lainnya untuk mengambil alih Sinar Matahari.


40 hari setelah kemerdekaan dan pengambilalihan Sinar Matahari atau tepatnya pada 27 September 1945, H.M. Samawi bersama H. Madikin Wonohito mendirikan surat kabar “Kedaulatan Rakyat”. Dengan mengangkat topik persatuan serta berita perjuangan mempertahankan kemerdekaan, Kedaulatan Rakyat menjadi surat kabar yang mengobarkan semangat kemerdekaan dan revolusi bangsa Indonesia. Nama surat kabar tersebut juga diambil dari pembukaan UUD 1945 alinea 4, “...dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada…”. Kedaulatan Rakyat terbit setiap hari dengan jumlah 16 halaman yang kemudian berkembangan hingga 32 halaman dan oplah lebih dari 125.000 salinan. Jumlah yang sangat banyak untuk surat kabar asli milik Indonesia saat itu. Jumlah salinan surat kabar tersebut tentunya memerlukan mesin cetak untuk membantu produksi surat kabar agar cepat dan efisien.


Salah satu koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta yang menjadi saksi perjuangan surat kabar di Indonesia adalah mesin cetak Heidelberg. Mesin buatan Jerman tersebut mengambil peran penting dalam banyaknya produksi salinan surat kabar Kedaulatan Rakyat. Mesin cetak yang digunakan juga termasuk mesin snelpres untuk mencetak dan mesin intertype untuk pracetak. Mesin cetak Heidelberg merupakan salah satu mesin cetak bergengsi saat itu yang mampu mencetak 1000 lembar eksemplar hanya dalam waktu satu jam. Mesin cetak Heidelberg jika dilihat dari ukuran roll paper-nya diperkirakan juga sudah digunakan sejak surat kabar “Sedya Tama”. Mesin cetak Heidelberg tersebut masih terawat dan terjaga keasliannya hingga saat ini. Pada tahun 2010, PT. Kedaulatan Rakyat secara langsung menghibahkan mesin cetak Heidelberg untuk dimuseumkan. Saat ini mesin cetak Heidelberg tersebut dapat dinikmati sejarah serta keindahannya dalam ruang pamer Diorama 2 Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.


Penulis :Muhammad Fikri Asysyamil

Mahasiswa Magang Divisi Publikasi dan Promosi

UIN Raden Mas Said Surakarta

Editor: Noibenia Gendrit


Referensi

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Mesin Cetak Heidelberg. Diakses pada 16 Januari 2024. https://museum.kemdikbud.go.id/koleksi/profile/mesin+cetak+kr+heidelberg_56285 



Bagaimana informasi yang disediakan website ini?
   

Bagaimana informasi yang disediakan website ini?