Dari Yogyakarta ke Makassar, Ungkap Memori Kolektif Keturunan Diponegoro

administrators 03 Maret 2025 09:00:35 321


Yogyakarta, 2025 – Pangeran Diponegoro, sosok yang dikenal sebagai pemimpin Perang Jawa (1825-1830) dan pejuang gigih melawan kolonialisme Belanda, meninggalkan jejak sejarah yang mendalam bagi bangsa Indonesia. Tak hanya sebagai pahlawan nasional, warisan pemikiran dan nilai-nilai yang ia tanamkan terus hidup dalam ingatan kolektif keturunannya. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta mencoba menelusuri memori kolektif keturunan Pangeran Diponegoro di Makassar, tempat sang pahlawan menghabiskan masa pengasingannya.


Penelitian berjudul "Memori Kolektif Keturunan Pangeran Diponegoro" ini melibatkan sejumlah pihak, di antaranya Muhammad Rosyid Ridlo, Winarni, Aryani Setyaningsih, dan Andi Arif Adi Mulya sebagai peneliti. Selain itu, penelitian ini turut melibatkan Raden Hamzah Diponegoro, juru kunci makam Pangeran Diponegoro di Makassar; Rifal, S.Pd, M.Hum, dosen Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Makassar; serta R.M. Saiful Achmad Diponegoro, keturunan generasi kelima Pangeran Diponegoro di Sudiang, Makassar. Ketua Paguyuban Patra Padi, Rahadi Saptata Abra, juga berperan dalam memberikan wawasan dan dukungan dalam penelitian ini.


Salah satu peneliti yang terlibat dalam kajian ini, Andi Arif Adi Mulya, membagikan pengalamannya dalam meneliti warisan Pangeran Diponegoro. Baginya, penelitian ini memiliki nilai sentimental yang tinggi karena ia berasal dari Makassar dan telah mengenal keberadaan makam Pangeran Diponegoro sejak kecil, meski baru memahami sepenuhnya kisah di baliknya setelah dewasa.


“Saat kecil, saya hanya tahu bahwa ada seorang pahlawan nasional yang dimakamkan di Makassar, tetapi tidak banyak informasi yang saya dapatkan. Penelitian ini membuka wawasan saya tentang sosok Pangeran Diponegoro dan warisan yang ia tinggalkan,” ujar Andi.


Penelitian yang berlangsung selama tiga bulan, dari September hingga Desember 2024, mengungkapkan dua konsep utama yang diwariskan Pangeran Diponegoro kepada keturunannya. Pertama adalah konsep garis lurus, yaitu prinsip untuk hidup sesuai ajaran Islam yang lurus dan teguh dalam keyakinan. Hal ini sejalan dengan kebiasaan Pangeran Diponegoro yang mendalami ilmu agama selama di pengasingan. Salah satu bukti nyata dari prinsip ini adalah keputusan untuk menguburkan keris Kiai Bondoyudo bersama dengan Pangeran Diponegoro agar tidak dikeramatkan oleh orang lain, menghindarkan dari praktik yang bertentangan dengan ajaran Islam. Konsep kedua adalah keluar dari zona nyaman. Pangeran Diponegoro adalah seorang bangsawan yang memilih meninggalkan kenyamanan istana untuk berjuang melawan ketidakadilan. Sikap ini juga diwariskan kepada keturunannya, mendorong mereka untuk berani mengambil risiko dan berjuang demi kebenaran.


“Ketika kami bertemu dengan beberapa keturunan Pangeran Diponegoro, kami melihat bagaimana prinsip ini tetap terjaga, bahkan di generasi kedelapan. Ada yang menjadi birokrat, ada yang menjadi pemimpin pesantren. Ini menunjukkan bahwa nilai-nilai perjuangan Pangeran Diponegoro terus diwariskan,” jelas Andi.


Namun, penelitian ini bukan tanpa tantangan. Salah satu kendala terbesar adalah keterbatasan sumber dan kurangnya kajian akademis tentang peran Pangeran Diponegoro di Makassar. Minimnya dokumentasi tertulis dan kurangnya penelitian sebelumnya membuat tim harus bekerja lebih keras dalam mengumpulkan data. Banyak informasi yang hanya diperoleh melalui wawancara langsung dengan keturunan serta tokoh masyarakat yang memiliki keterkaitan sejarah dengan Pangeran Diponegoro. Selain itu, keterbatasan literatur akademis juga menjadi hambatan bagi para peneliti untuk memahami lebih dalam bagaimana warisan Pangeran Diponegoro berkembang di Makassar.


“Ketika kami mewawancarai akademisi dari Universitas Hasanuddin dan Universitas Negeri Makassar, banyak yang mengatakan bahwa mereka tidak memiliki banyak informasi tentang Pangeran Diponegoro di Makassar. Bahkan, penelitian kami justru menjadi inspirasi bagi mereka untuk menggali lebih dalam sejarah ini,” tutur Andi.


Selain itu, menemukan keturunan Pangeran Diponegoro juga bukan hal yang mudah. Tim peneliti memulai pencarian dengan mengunjungi makamnya dan beruntung mendapat informasi dari seorang akademisi setempat yang menghubungkan mereka dengan Bapak Saiful Achmad Diponegoro, keturunan generasi kelima Pangeran Diponegoro. Berkat wawancara dengan beliau, penelitian ini berhasil menggali lebih dalam tentang nilai-nilai yang diwariskan sang pahlawan. Harapan besar muncul dari penelitian ini. Andi berharap bahwa hasil kajian ini tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat luas, tetapi juga menjadi pijakan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.


“Kami berharap tulisan ini bisa memperkaya khazanah ilmu pengetahuan sejarah di Indonesia, khususnya tentang sosok Pangeran Diponegoro. Lebih jauh lagi, kami ingin penelitian ini berlanjut, tidak hanya tentang Diponegoro, tetapi juga tokoh dan peristiwa sejarah lainnya,” pungkasnya.


Memori kolektif adalah bagian penting dari identitas bangsa. Dengan terus menggali dan menjaga warisan sejarah, kita tidak hanya mengenang jasa para pahlawan, tetapi juga menanamkan nilai-nilai perjuangan bagi generasi mendatang. Kesadaran akan sejarah dapat memperkuat rasa kebangsaan dan memperkokoh jati diri nasional. Melalui penelitian dan pelestarian warisan sejarah, kita dapat memahami perjalanan panjang bangsa ini serta menghormati perjuangan para leluhur. Dengan demikian, generasi muda dapat belajar dari sejarah dan meneruskan semangat perjuangan dalam kehidupan mereka di masa depan.

 

Penulis: Aldinta Batrisyia Wasima (Ilmu Komunikasi, Universitas Brawijaya)
Penyunting : Winarni & Lilik Purwanti

facebook  twitter-x  whatsapp  


Bagaimana informasi yang disediakan website ini?
   

Bagaimana informasi yang disediakan website ini?