Koleksi Bersejarah Pulang: Pameran “Repatriasi” Mempersembahkan Koleksi Artefak dan Benda Bersejarah Kembali ke Tanah Air

administrators 29 November 2023 10:30:40 744

Jakarta, 27 November 2023 - Hari ini menandakan pembukaan pameran bertajuk “Repatriasi: Kembalinya Saksi Bisu Peradaban Nusantara”, yang diselenggarakan pada tanggal 28 November hingga 10 Desember 2023 di Galeri Nasional Indonesia. Program ini merupakan kolaborasi antara Galeri Nasional Indonesia, Museum Nasional Indonesia, yang berada di bawah naungan Museum dan Cagar Budaya (MCB), bersama dengan Tim Repatriasi Koleksi Asal Indonesia di Belanda dan Historia.id. Pameran Repatriasi akan memberikan kesempatan bagi publik untuk mengakses koleksi artefak dan benda bersejarah yang telah kembali di tanah air. 


Pada Juli 2022, surat permintaan pengembalian pertama dari pihak Indonesia diserahkan oleh Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid kepada Dirjen Kebudayaan Belanda Barbera Wolfensberger. Surat tersebut memuat delapan koleksi yang harus dipulangkan ke Indonesia, yakni Alquran Teuku Umar, keris Kerajaan Klungkung, arca Singhasari, pusaka Kerajaan Luwu, pusaka Kerajaan Lombok, koleksi seni Bali Pita Maha, tali kekang kuda Pangeran Diponegoro, dan fosil Homo erectus temuan Eugene Dubois atau yang dikenal sebagai “Java Man”. 


Setelah hampir dua tahun melakukan dialog dan kerja sama antara Indonesia dan Belanda, pada Juli 2023, telah terlaksana penandatanganan kerja sama bilateral di Museum Volkenkunde, Leiden. Kemudian sebagai tindak lanjut dari penandatanganan tersebut, pada 17 Agustus 2023, gelombang pertama benda repatriasi, berupa 4 arca dari Candi Singosari diberangkatkan ke Indonesia. Kemudian gelombang kedua benda repatriasi diterima pada 9 November 2023, dan gelombang terakhir diperkirakan akan tiba pada akhir 2023. 


Pembicaraan mengenai repatriasi artefak dari Belanda ke Indonesia mulai semakin intensif pada akhir 2020. Pengembalian atau repatriasi ini menandai langkah besar dalam meningkatkan pelestarian dan pemeliharaan warisan budaya nusantara. Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, menekankan pentingnya aspek produksi pengetahuan dari artefak dan benda bersejarah yang kembali ke tanah air. “Proses repatriasi ini tidak hanya sekedar pemindahan benda secara fisik, dari museum di Belanda ke museum di Indonesia. Hal ini merupakan bagian dari upaya membangun kerjasama penelitian antara peneliti kedua negara, sekaligus penanaman dasar bagi kolaborasi produksi pengetahuan dan perluasan wawasan budaya serta sejarah antara kedua negara,” kata Hilmar.


Pengembalian benda-benda budaya milik Indonesia sempat terjeda selama empat dekade. Erica Baud mengembalikan tongkat milik Pangeran Diponegoro kepada pemerintah Republik Indonesia yang diwakili oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan. Dalam acara Pameran Aku Diponegoro yang diselenggarakan di Galeri Nasional Indonesia. Kedatangan tongkat tersebut melengkapi koleksi pribadi milik Pangeran Diponegoro setelah tombak, pelana kuda, dan sebuah payung tiba pada 1978.  


Ahmad Mahendra selaku Plt. Kepala Museum dan Cagar Budaya menjelaskan bahwa pameran ini adalah wujud keseriusan Museum dan Cagar Budaya dalam mempersiapkan 

pengelolaan benda-benda bersejarah hasil repatriasi. “Benda-benda bersejarah ini adalah 

milik Bangsa Indonesia, maka dari itu kami berharap melalui pameran ini, publik bisa 

menengok warisan budaya yang akhirnya kembali ke tanah air, dan mendapat wawasan baru dari benda-benda tersebut,” jelas Mahendra.


Bonnie Triyana, selaku Kurator Pameran dan Anggota Tim Repatriasi mengungkapkan, “Pameran ini tidak hanya menampilkan benda-benda mati atau artefak kuno. Melalui pameran ini, kami juga menyajikan cerita sejarah dan makna di balik artefak dan benda-benda tersebut. Bagaimana perjalanan benda itu dari kawasan nusantara dan berabad-abad di luar negeri, konteks sejarah dan budaya pada masanya, serta maknanya hari ini untuk generasi kita dan mendatang”.  


Terdapat 152 benda benda bersejarah yang akan ditampilkan pada pameran ini, baik dari 

hasil proses repatriasi sebelumnya dan telah menjadi koleksi masterpiece Museum Nasional 

Indonesia, seperti Koleksi Pangeran Diponegoro dan Arca Prajñaparamita, maupun benda 

bersejarah yang tiba tahun ini di Indonesia, seperti Koleksi Candi Singosari, Koleksi Keris 

Klungkung, dan Koleksi Pusaka Kerajaan Lombok. Pameran “Repatriasi: Kembalinya Saksi Bisu Peradaban Nusantara” dapat dikunjungi publik mulai 28 November - 10 Desember 2023, pukul 10.00 - 20.00 WIB di Gedung A Galeri Nasional Indonesia. 


Setiap pengunjung wajib melakukan registrasi online terlebih dahulu  melalui laman web gni.kemdikbud.go.id/kunjungi-kami. Waktu kunjungan dibagi ke dalam 10 sesi setiap hari, dan demi keamanan benda bersejarah dan kenyamanan pengunjung, setiap sesi diberikan kapasitas maksimal 100 pengunjung. Untuk meramaikan agenda pameran, akan diselenggarakan juga berbagai program publik seperti diskusi publik, lokakarya, dan treasure hunt, yang akan dipublikasikan lebih lanjut melalui media sosial Galeri Nasional Indonesia, Museum Nasional Indonesia, dan Historia.id.



Bagaimana informasi yang disediakan website ini?
   

Bagaimana informasi yang disediakan website ini?