Peringati Hari Lahir PMI, Vredeburg Selenggarakan Seminar Daring PMI

administrators 04 Oktober 2021 10:11:42 625


Memperingati hari lahir PMI, Jumat (17/9/2021) Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta menyelenggarakan Seminar Daring dengan mengusung tema ‘PMI: Masa Revolusi Hingga Pandemi’. Hadir sebagai narasumber, GBPH. H. Prabukusumo, S.Psi. (Ketua PMI DIY) dan Rini Susilowati, SS., M.Hum (Arsiparis Madya Arsip Nasional Republik Indonesia), dengan dimoderatori oleh dr. Silvia Utomo (Duta Museum DIY). Acara yang diikuti oleh sejumlah 178 peserta ini sukses memancing keingintahuan peserta, terbukti dari aktifnya para peserta pada sesi diskusi. 

Narasumber seminar, Rini Susilowati, dalam paparannya mengungkapkan bahwa organisasi kepalangmerahan di Indonesia sudah terbentuk sejak tahun 1830, yaitu terbentuknya Het Nederland Indie Rode Kruis (NIRK), organisasi kepalangmerahan di Indonesia, cabang palang merah Belanda. Organisasi ini banyak mendapat dukungan dana dari orang-orang Eropa yang ada di Hindia Belanda sehingga menciptakan diskriminasi antara pemerintah Belanda dan bangsa Indonesia, organisasi ini juga tidak menyentuh pada masyarakat kalangan bawah karenanya NIRK kurang diterima oleh bangsa Indonesia. Kemudian tahun 1932, dr. RCL Senduk dan dr. Bahder Djohan berusaha untuk mendirikan organisasi Palang Merah Indonesia, untuk mendapatkan legalitas dari Pemerintah Belanda kedua orang tersebut membawa rancangan pendirian PMI tersebut dalam sidang NIRK tahun 1940.

“Namun dengan nada sinis rancangan tersebut ditolak oleh Pemerintah Belanda Belanda, bahkan salah satu pesertanya mengatakan bahwa orang Pribumi tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan kemanusiaan. Tetapi hinaan tersebut tidak menyurutkan tekad untuk mendirikan PMI”, papar Rini.

Setelah proklamasi kemerdekaan, para tokoh PMI segera merealisasikan terbentuknya organisasi tersebut. Pembentukan PMI ini juga didasarkan perintah Presiden Soekarno pada 3 September 1945 yang memerintahkan Menteri Kesehatan, dr. Buntaran Martoatmodjo, untuk membentuk suatu badan palang merah nasional, yang kemudian diberi nama PMI. PMI ini kemudian memainkan peran-peran kemanusiaan dalam masa Revolusi Fisik, serta dalam pertempuran di berbagai daerah. Dalam situasi peperangan aktivitas PMI tidak semata-mata menjalankan misi kemanusiaan, tetapi juga ikut berperang dan juga sebagai mata-mata republik. Banyak anggota PMI pada siang hari membantu PMI dan pada malah hari bertempur sebagai gerilyawan. 

Sementara GBPH. H. Prabu Kusumo, SPSi mepaparkan tentang tugas utama PMI semasa  Revolusi serta masa Pandemi. Pada masa revolusi tugas utama PMI meliputi membantu korban perang baik yang terluka maupun yang meninggal; bidang P3K; Pengungsian; Dapur Umum; Pencarian dan mengurus pemulangan 24.987 orang Romusha dan 1.356 Heiho. Sementara kegiatan PMI DIY pada masa pandemi meliputi Distribusi Logistik Penanganan Covid 19; Pelayanan Disinfeksi; Pelayanan Ambulans; Pemakaman serta Pemulasaraan; Dukungan Psikososial; Promosi Kesehatan; dan Program Percepatan Pennganan Covid di 26 Desa. Selain itu, Unit Donor Darah (UDD) PMI Kota Yogyakarta dan  UDD PMI Kabupaten Sleman juga menangani terkait Donor Plasma Konvalesen yang saat ini jumlahnya telah mencapai 1.940 kantong plasma konvalesen. 

Penulis : Lilik Purwanti (Pamong Budaya Pertama Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta)
facebook  twitter-x  whatsapp  


Bagaimana informasi yang disediakan website ini?
   

Bagaimana informasi yang disediakan website ini?