Bincang Publik Live: Inggris di Jawa bersama Peter Carey

administrators 25 Agustus 2020 13:30:42 1343


 

Pandemi Covid-19 menjadi tantangan bagi sebuah lembaga atau instansi bagaimana menjaga eksistensi sebuah kelembagaan ditengah pandemi. Terlebih untuk sebuah museum yang mayoritas kegiatannya berupa kegiatan mengumpulkan masyarakat, sebagai lembaga non profit Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta dengan salah satu visinya “Pelayanan Prima” Museum sebagai lembaga layanan publik yang menyajikan informasi dan memberikan pelayanan secara terbuka untuk masyarakat.

 

Pengelola Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta berupaya merubah hampir keseluruhan kegiatan 2020 menjadi kegiatan daring untuk menjaga eksistensi museum di masa pandemi. Inisiatif ini mendapat respon positif dari sahabat museum yang harus tetap dirumah saja. Adapun salah satu kegiatan daring yang dilaksanakan museum adalah kegiatan Bincang Publik yang menghadirkan beberapa narasumber yang disesuaikan dengan temanya.

 

Acara Bincang Publik Live melalui akun Instagram @museum.benteng.vredeburg telah dilakukan sebanyak 10 kali selama pandemi. Ingin melakukan yang berbeda, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta pada Jumat, 21 Agustus 2020, melaksanakan Bincang Publik secara daring menggunakan aplikasi Google Meet.

 

Bincang Publik ini membedah sebuah buku karya Prof. Peter Carey, Fellow Emeritus of Trinity Collage, Oxford University, yang berjudul “Inggris di Jawa” dengan moderator Indra Firmansyah yang merupakan pemerhati sejarah juga selaku Duta Baca Perpustakaan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta 2020. Bincang publik ini diikuti hingga 65 peserta yang bergabung melalui aplikasi Google Meet.

 

Buku ini mengemukakan suatu babad (Tarikh Jawa dalam bentuk sajak) yang ditulis Pangeran Aryo Panular berjudul Babad Bedhah in Ngayogyakarta (1811 – 1816) merupakan titik penting dalam sejarah Indonesia. Buku ini menceritakan mengenai masa kekuasaan Inggris di Jawa, dikatakan bahwa Pemerintah Kolonial memiliki kekuatan yang cukup untuk menaklukan raja-raja pribumi yang sebelumnya berdaulat karena sistem kolonial adalah sistem yang dapat dikatakan brutal berupa pajak tanah (landrent), hukum eropa, dan sistem sentralisasi pemerintah.

 

Pangeran Aryo Panular juga membahas tentang Keraton Yogyakarta yang dibombardir dan diserbu Inggris pada Sabtu, 20 Juni 1812 dan dilaksanakan saat pagi buta. Buku ini mencakup berbagai aspek, mulai dari kehidupan Keraton Yogyakarta pada era pemerintahan Kolonial Inggris, sejarah Eropa, Inggris, Indonesia, serta peran agama Islam dan kepercayaan Jawa, yaitu Kejawen dalam politik. Dari buku ini, kita dapat mengetahui seluk-beluk sejarah pada masa Kolonial Inggris di Jawa dan kita mengetahui bahwa sejarah tidak serta-merta berhenti di suatu waktu, namun selalu ada data-data baru yang lebih valid.

 

Buku ini dapat dipinjam untuk dibaca di ruang Perpustakaan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, tidak menutup kemungkinan masih banyak koleksi yang disediakan museum untuk dibaca.

 

(Martina Millenidya Nishita mahasiswa STP AMPTA)


      






Bagaimana informasi yang disediakan website ini?
   

Bagaimana informasi yang disediakan website ini?