Konservasi Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949: Menjaga Memori Bangsa Lewat Tindakan Preventif dan Kuratif

administrators 27 Mei 2025 08:18:59 127


Yogyakarta – Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949 yang terletak di kawasan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta bukan sekadar penanda sejarah, tetapi kini juga diperlakukan sebagai koleksi yang membutuhkan perhatian konservatif khusus. Hal ini diungkapkan oleh Evi, konservator Museum Benteng Vredeburg, dalam wawancara eksklusif mengenai upaya pelestarian monumen bersejarah tersebut.

“Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949 awalnya berada di bawah naungan Istana Kepresidenan atau Gedung Agung. Namun, kemudian dilimpahkan ke Museum Benteng Vredeburg pada tahun 2000 dan sejak saat itu diperlakukan sebagai koleksi,” jelas Evi. Karena statusnya sebagai koleksi, monumen ini kini menjadi objek konservasi yang dilakukan secara berkala dan terencana.

Konservasi koleksi museum, termasuk monumen ini, memiliki dua fokus utama: pemeliharaan (preventif) dan perawatan (kuratif). Langkah preventif, menurut Evi, bertujuan mencegah kerusakan sebelum terjadi, dengan menjaga kondisi lingkungan agar tetap ideal bagi keberlangsungan koleksi. “Dalam konservasi, dikenal adanya 'ten agents of deterioration' atau sepuluh agen perusak koleksi, seperti air, api, suhu ekstrem, kelembapan relatif (RH), hama, mikroorganisme, hingga polutan,” paparnya.

Evi mencontohkan upaya preventif yang dilakukan, seperti mengelola fluktuasi suhu dan kelembapan agar tidak berdampak buruk pada koleksi, serta mendeteksi kehadiran hama seperti cicak yang dapat mengundang serangga lain. “Kotoran cicak misalnya, bisa menarik serangga yang membahayakan koleksi. Ini harus segera ditangani agar tidak berlanjut,” tambahnya. Namun, jika langkah preventif tidak cukup dan koleksi mulai mengalami penurunan kondisi, maka dilakukan tindakan kuratif. Perawatan ini melibatkan kontak langsung dengan koleksi, baik dengan metode mekanis kering seperti penyikatan, maupun mekanis basah dengan penggunaan bahan konservan yang disesuaikan dengan jenis dan tingkat kerusakan material.

“Untuk Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949, kami melakukan dua pendekatan konservasi. Pada bagian yang berlumut digunakan metode mekanis kering, sedangkan pada patung dan relief dilakukan mekanis kering yang dilanjutkan dengan mekanis basah. Patung perunggu dibersihkan dari korosi, dan batu selasar dibersihkan dari lumut,” ujar Evi. Konservasi monumen ini dimulai dari tanggal 14 Mei 2025 dan ditargetkan akan selesai pada bulan Juni 2025.

Sebelum tindakan konservasi dilakukan, tim konservator melakukan observasi dan analisis awal guna mengidentifikasi permasalahan. Jika ditemukan kerusakan, tim akan mencari tahu penyebabnya melalui uji laboratorium, serta meneliti bahan pembentuk koleksi. “Setelah itu, kami menyusun konsep penanganan yang tepat, apakah cukup dengan pembersihan dan perawatan, atau perlu rekonstruksi hingga restorasi,” imbuhnya.

Rekonstruksi diperlukan jika koleksi mengalami kerusakan fisik, seperti pecah atau jatuh, sedangkan restorasi bertujuan mengembalikan kondisi koleksi mendekati keadaan semula sebelum rusak. Upaya konservasi yang dilakukan oleh Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tidak hanya bertujuan mempertahankan kondisi fisik Monumen Serangan Umum 1 Maret, tetapi juga menjadi bagian penting dalam merawat ingatan kolektif bangsa. Dengan perawatan yang terstruktur dan berbasis ilmu, museum memastikan bahwa nilai-nilai sejarah yang terkandung dalam monumen tersebut tetap dapat dinikmati dan dipahami oleh masyarakat di masa kini

 

Penulis: Aldinta Batrisyia Wasima (Ilmu Komunikasi, Universitas Brawijaya)

Editor : Ita Ratnasari

 

facebook  twitter-x  whatsapp  


Bagaimana informasi yang disediakan website ini?
   

Bagaimana informasi yang disediakan website ini?