Memperpanjang “Masa Hidup” Koleksi Logam Bincang Publik Konservasi Koleksi Logam di Musem Benteng Vredeburg

administrators 08 Oktober 2021 14:50:02 765

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Rabu (15/9/2021) menyelenggarakan bincang publik virtual dengan mengambil tema ‘Konservasi Koleksi Logam’. Acara ini menghadirkan narasumber Ery Sustiyadi, S.T., M.A. (Kasi Koleksi Konservasi dan Dokumentasi Museum Sonobudoyo) dan Nahar Cahyandaru, S.Si., M.A. (Pamong Budaya Ahli Madya Konservasi Borobudur) dengan dimoderatori oleh Erwin Djunaedi (Founder Komunitas Malam Museum). Acara ini sebagaimana disampaikan oleh Drs. Suharja, Kepala Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta dalam sambutannya, bertujuan untuk menambah wawasan sahabat museum di seluruh Indonesia mengenai cara perawatan benda-benda koleksi yang kita miliki meskipun belum termasuk koleksi museum.

Dalam sesi bincang publik tersebut, Ery Sustiyadi memaknai konservasi sebagai kegiatan yang dilaksanakan untuk menjaga keterawatan kondisi koleksi dan mengembalikan koleksi yang mengalami penurunan kondisi supaya kembali stabil dan baik sehingga dapat memiliki "masa hidup" yang lebih panjang. Ery juga menjelaskan tentang 10 agen perusak koleksi dan cara menanggulanginya dengan pilihan tingkatan konservasi yaitu preventif, kuratif, dan restorasi. Selain itu, tindakan konservasi yang dilakukan harus menyesuaikan dengan bahan koleksi dan jenis kerusakan yang terjadi. 

“Tindakan ini penting diperhatikan mengingat koleksi museum terbuat dari bahan yang beragam yaitu bahan organik, anorganik, dan gabungan antara bahan organik dan anorganik”, papar Ery. 

Sementara itu, Nahar lebih berfokus menjelaskan cara konservasi koleksi logam mengingat ada logam dengan korosi aktif dan korosi pasif dengan beberapa tahapan seperti identifikasi jenis logam, identifikasi pelapukan logam, penghilangan garam terlarut dan tidak terlarut, pembersihan kimia dan elektrokimia, pencucian/pembilasan, terakhir stabilisasi dan pelapisan. Nahar juga memberi tips pengembangan metode konservasi yaitu berbasis konservasi tradisional dan “modern”. Konservasi tradisional yaitu dengan menggunakan bahan alami dengan kearifan lokal seperti jeruk nipis, air kelapa, dan sebagainya. Konservasi modern dalam tanda kutip bahan tradisional yang sudah diupgrade atau menggunakan bahan kimia khusus. Contoh inovasi bahan alami yaitu soda kue yang dicampur dengan jeruk nipis sehingga menghasilkan pasta dengan kadar asam dari jeruk yang tidak terlalu tinggi agar logamnya tidak tergerus banyak dan menciptakan proses pembersihan yang lebih cepat.

Penulis : Eka Novianti




Bagaimana informasi yang disediakan website ini?
   

Bagaimana informasi yang disediakan website ini?