Keterbukaan Sudut Pandang, Kunci Relevansi Peringatan Hari Kesaktian Pancasila

administrators 14 Oktober 2022 16:56:36 495

Mengusung tema ‘Kesaktian Pancasila, Penting Gak Sih?’, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta (Sabtu/ 1 Oktober 2022) kembali menghadirkan ‘Vredeburg Podcast’ dalam rangka menyambut perayaan Hari Kesaktian Pancasila yang jatuh pada 1 Oktober. Vredeburg Podcast merupakan salah satu media publikasi yang dikelola oleh Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta dalam upaya memberikan informasi terkait permuseuman, sejarah, dan cagar budaya. Acara ini dikemas dalam obrolan ringan dan santai, namun sarat nilai edukatif. Hadir sebagai bintang tamu dalam kesempatan tersebut, Dr. Agus Suwignyo (Dosen Sejarah FIB UGM) dan Eko Isdianto, S.Sos. (ketua Komunitas Djogjakarta 1945). Sebagai Host, Samantha Aditya, S.S. (Mahasiswa Magister Antropologi UGM). 


Sebagai pembuka dalam obrolan podcast tersebut, Dr. Agus Suwignyo mengungkapkan perbedaan peringatan hari Pancasila yang masing-masing diperingati pada bulan Juni, Agustus, dan Oktober. Perbedaan ketiga bulan peringatan ini didasarkan pada peristiwa sejarah. Tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila, yang mana pada saat itu para founding father mengungkapkan gagasan mengenai dasar negara. Sementara pada tanggal 18 Agustus yang diperingati sebagai Hari Konstitusi merupakan momen pengesahan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Sedangkan 1 Oktober diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila, berkaitan dengan peristiwa pemberontakan G30S PKI pada tahun 1965.  


Penggunaan kata ‘sakti’ dalam Kesaktian Pancasila sangat berkaitan dengan rezim Orde Baru. Gagasan Pancasila dipercaya mampu membendung arus politik yang sedang terjadi pada waktu itu. Jenderal Soeharto dan Angkatan Darat (AD) dianggap mampu mengendalikan keadaan politik yang dinilai kacau dengan menangkap dan melarang aktivitas Partai Komunis Indonesia (PKI) akibat pembunuhan beberapa Jenderal Angkatan Darat. Tanggal 1 Oktober kemudian menjadi momen peringatan penting untuk membentuk ingatan kolektif masyarakat terhadap peristiwa ’65, yang kemudian ditetapkan oleh pemerintahan Orde Baru sebagai peringatan Kesaktian Pancasila tahun 1967.

Pada masa Orde Baru, penetapan 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila memiliki dampak sosial budaya bagi masyarakat. Anak-anak sekolah diwajibkan untuk menonton film G30S/PKI setiap tanggal 30 September dan upacara bendera setiap tanggal 1 Oktober. Kegiatan upacara bendera, kemudian melebar implikasinya pada kelompok veteran yang juga turut diikutsertakan pada peringatan 1 Oktober. Peringatan 1 Oktober kemudian menjadi agenda masyarakat karena negara mewajibkan peringatan ini untuk terus diingat. Sementara pada masa sekarang, upacara bendera peringatan 1 Oktober mengalami reduksi. Kegiatan upacara bendera hanya dilakukan oleh beberapa elemen masyarat. Perubahan ini adalah cermin jiwa zaman, dimana pemaknaan 1 Oktober sebagai peringatan Kesaktian Pancasila mengalami perubahan sejalan dengan perubahan rezim. 


“Tidak lagi menjadi agenda negara yang memaksa rakyat memiliki pemahaman sama tentang peristiwa ‘65, akan tetapi perubahan rezim dan semakin terbukanya kajian, membuat kesadaran publik terhadap peristiwa ini juga semakin luas. Tantangan sekarang adalah menghadirkan narasi sejarah dalam dunia anak muda karena sejarah bangsa harus ditampilkan dan disajikan sesuai dengan perkembangan zaman, sehigga menjadi dekat dengan generasi yang hidup”, papar Agus Suwignyo. 


Lebih lanjut Agus mengungkapkan bahwa suatu keadaan yang dipaksakan akan menemui titik jenuh. Jika kejenuhan ini mencapai klimaks, maka bisa menjadi pukulan balik yang menjadi momen perubahan besar bagi bangsa. Seiring dengan perubahan dan perkembangan generasi, pembahasan dan peringatan 1 Oktober bisa menjadi kondisi baik yang bisa memunculkan kesadaran baru. Tidak lagi tentang bagaimana peristiwa ‘65 terjadi tapi bagaimana peristiwa ini dipahami dan diintepretasi dengan sudut pandang yang lebih beragam. Keterbukaan dan keberagaman sudut pandang inilah yang menjadikan peringatan Kesaktian Pancasila masih relevan untuk terus diperingati.


Para bintang tamu kemudian bercerita pengalamannya ketika hidup para rezim Orde Baru. Upacara bendera dan baris berbaris menjadi kewajiban bagi anak sekolah. Peringatan 1 Oktober menjadi hari sakral yang harus diikuti setiap tahun. Selain itu, mata pelajaran PSPB (Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa) menjadi penting bagi anak sekolah karena siswa harus memahami sejarah. Diceritakan, oleh guru sekolah, siswa diajak bermain peran memperagakan perang, dan ini menjadi pembelajaran yang mengasyikan untuk siswa di kala itu. Akan tetapi setelah Reformasi, kegiatan upacara bendera menjadi kegiatan yang dianggap tidak memiliki relevansi lagi dengan masanya, barangkali karena merasa terlalu lama dipaksakan saat Orde Baru. 


 Penulis: Lilik Purwanti (Pamong Budaya Ahli Pertama Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta)




Bagaimana informasi yang disediakan website ini?
   

Bagaimana informasi yang disediakan website ini?