Meneropong Masa Depan Fasad Malioboro Bersama Jajang Agus Sonjaya

administrators 20 September 2023 13:25:47 576

Minggu (25/9/2023), acara Ragam Gelar Karya Komunitas sukses digelar selama sepekan di Museum Benteng Vredeburg sebagai salah satu rangkaian dari acara Vredeburg Fair#9. Pada acara tersebut IAAI (Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia) Komda DIY salah satu komunitas yang ikut berpartisipasi dalam acara ini membuat sebuah kegiatan berupa diskusi seputar arkeologi di Indonesia.

Dalam diskusi ini, IAAI Komda DIY menghadirkan Jajang Agus Sonjaya, pendiri dari Mangrove Action Project Indonesia atau sekarang berganti menjadi Blue Forest sebagai pembicara sekaligus memimpin diskusi yang membahas mengenai Fasad Malioboro yang beberapa waktu lalu sempat menjadi perbincangan hangat, selain itu pada hari Senin (18/9/2023) Sumbu Filosofi Kota Yogyakarta resmi ditetapkan menjadi Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO menjadi tema menarik untuk dibahas.

Dalam sejarah terbentuknya Malioboro ini terdapat beberapa pendapat, Arkeolog, Jajang Agus Sonjaya menjelaskan bahwa terbentuknya Jalan Malioboro ini tidak lepas dari sejarah Indonesia yang pernah dijajah oleh negara Barat. Malioboro sering dihubungkan dengan Jenderal asal Inggris bernama John Churchill yang pernah menduduki Yogyakarta sekitar 5 sampai 7 tahun, John Churchill mendapatkan gelar Duke Of Marlborough, dan hal ini lah yang menghubungkan dengan Jalan Malioboro. Namun opini ini mendapatkan sanggahan dari Peter Carey yang berpendapat bahwa kata Malioboro itu berasal dari bahasa sansekerta yang berarti “Maliabara” atau untaian bunga, hal ini dikarenakan Malioboro ini adalah jalannya kerajaan atau râjamârga yang selalu dihiasi untaian bunga untuk menyambut tamu-tamu kenegaraan. 

Diskusi yang dihadiri oleh mahasiswa Arkeologi dan Pariwisata Universitas Gadjah Mada ini berjalan dengan seru, topik “Fasad Malioboro” menjadi menarik dengan adanya sejarah panjang dibaliknya. Salah satu yang menjadi tonggak penting dari perubahan dan perkembangan Malioboro yaitu dibangunnya Stasiun Tugu pada tahun 1885 yang resmi beroperasi pada tahun 1887. Adanya pembangunan ini membuat râjamârga terbagi menjadi dua, yaitu Jalan Malioboro dan Jalan Mangkubumi. 

Kemudian terdapat perubahan besar ketika trotoar sisi barat diperluas menjadi 4 meter, sehingga semua bangunan toko maupun rumah terpaksa harus mundur kebelakang, hal ini membuat sisi depan bangunan sekarang merupakan bagian dalam dari bangunan itu terdahulu, perubahan ini membuat banyak perubahan pada fasad. Kemudian pada tahun 2022 pemerintah memperbaiki fasad Malioboro dengan memulainya pada 5 bangunan toko terlebih dahulu, kemudian 24 bangunan toko pada tahun 2023.

Banyak pertanyaan yang muncul, sebenarnya mau dibangun seperti apa fasad Malioboro ini,

“Akan lebih mudah dan efektif apabila bangunan fasad Malioboro ini dikembalikan sesuai dengan kebutuhan sekarang, dimana bangunan-bangunan itu merupakan bangunan kolonial dan bangunan cina, sehingga dua perpaduan itu yang kembali ditonjolkan” Ungkap Arkeolog yang juga sekaligus penulis novel Manusia Langit.

Secara prinsip untuk membuat atau merubah sesuatu di Malioboro ini tidak akan melanggar apapun, karena sejatinya fasad Malioboro sudah tidak ada, yang terpenting bagaimana bangunan itu terlihat cantik dan enak dilihat untuk kebutuhan publik sekarang, selain itu dapat membuat wisatawan mengenal Malioboro.


Penulis: Nada Krisyifa Oktaviani





facebook  twitter-x  whatsapp  


Bagaimana informasi yang disediakan website ini?
   

Bagaimana informasi yang disediakan website ini?