Melihat sejarah Serangan Udara Heroik Kadet Penerbang Indonesia di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta

administrators 24 Januari 2024 08:12:35 5086

Pada tanggal 29 Juli 1947, keenam kadet penerbang Indonesia, Mulyono, Dulrachman, Sutardjo Sigit, Sutardjo, Suharnoko Harbani, dan Kaput, melancarkan serangan bersejarah terhadap markas militer Belanda di Semarang, Salatiga, dan Ambarawa.  Serangan udara ini merupakan tanggapan terhadap Agresi Militer Belanda pertama, yang dimulai dengan menyerang kekuatan udara Republik Indonesia di Pangkalan Udara Maguwo. Hal ini sebagai bentuk perlawanan Indonesia dalam melindungi kemerdekaannya. 

Dalam mengeksekusi penyerangan tersebut, 6 kadet ini memainkan peran dengan menggunakan pesawat jenis Guntei dan Cureng. Guntei dan Cureng adalah pesawat warisan Jepang yang dilengkapi dengan peralatan sederhana, tanpa lampu dan radio. Kokpit pesawat dapat dibuka, sementara badan dan sayapnya dicat dengan warna hijau militer. Modifikasinya melibatkan penambahan mekanisme untuk melepaskan bom yang tergantung di kedua sayap, di mana setiap sayap membawa bom seberat 50 kg.

Suharnoko Harbani memimpin serangan di Ambarawa menggunakan pesawat dilengkapi senapan mesin, sementara Sutardjo Sigit menyerang Salatiga dengan pesawat yang dilengkapi bom-bom bakar dan senapan udara. Mulyono dan Dulrachman, sebagai kadet penerbang, diperintahkan menyerang Semarang menggunakan pesawat pengebom “Driver Bomber” Guntei berkekuatan 850 daya kuda. Pesawat ini, dengan kecepatan jelajah 265 km/jam, membawa bom 400 kg dan dilengkapi dengan dua senapan mesin di sayap serta satu di bagian belakang penerbang.

Setelah melancarkan serangan udara di tiga kota, ketiga pesawat kembali ke Pangkalan Udara Maguwo sebelum jam 6 pagi. Serangan tersebut meningkatkan semangat dan kepercayaan diri Bangsa Indonesia, sementara pihak Belanda merasa terpukul.

Serangan ini tidak terlepas dari risiko yang tinggi. Beberapa dari keenam kadet penerbang tersebut mungkin telah mengalami konsekuensi yang tragis dalam perjalanan mereka untuk mempertahankan kemerdekaan. Meskipun terdapat risiko besar, tetapi semangat dan dedikasi para penerbang ini tetap menjadi salah satu bagian yang tidak terlupakan dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Pada hari yang sama, pesawat P-40 Kittyhawk Belanda melakukan serangan balik, menyerang Pesawat Dakota VT-CLA yang membawa sumbangan obat dari Palang Merah Malaya ke Palang Merah Indonesia. Serangan tersebut menyebabkan pesawat oleng dan jatuh di Desa Ngoto, 3 km selatan Yogyakarta. Di antara korban yang gugur, terdapat Komodor Muda Udara Adisucipto, Komodor Muda Udara Prof. Dr. Abdulrachman Saleh, dan Opsir Muda Udara Adisumarmo. Gugurnya tokoh-tokoh TNI AU tersebut menimbulkan rasa duka mendalam, mengingat kontribusi besar mereka dalam membangun dan memajukan Angkatan Udara.

Dari keenam kadet penerbang yang memiliki keberanian penuh dalam melancarkan serangan historis terhadap markas militer Belanda di Semarang, Salatiga, dan Ambarawa untuk mempertahankan kemerdekaannya, sehingga kisah tersebut diangkat sebagai film yang berjudul “Kadet 1947”. Film tersebut menceritakan tentang semangat dan dedikasi para kadet dalam membantu senior-senior mereka dalam melawan invasi Belanda, meskipun mereka belum dapat terlibat langsung dalam pertempuran karena status taruna. 

Dengan LSF mengklasifikasikan film ini sebagai "Semua Umur" (SU), "Kadet 1947" memberikan gambaran mengenai semangat kepahlawanan dan patriotisme dalam menjaga kemerdekaan Indonesia, sejalan dengan peristiwa bersejarah yang terjadi pada masa itu. Film tersebut rilis pada 25 Januari 2021.

Museum Benteng Vredeburg di Yogyakarta menjadi rumah bagi enam patung kadet penerbang Indonesia yang menggambarkan kegigihan dan semangat para pelajar militer. Koleksi ini mencerminkan sejarah perjuangan dan dedikasi para kadet dalam mengabdi pada negara. Setiap patung menciptakan narasi visual. Dengan detail yang teliti, setiap ekspresi wajah dan gerakan tubuh patung mengekspresikan nilai-nilai kepahlawanan dan kebanggaan nasional. Museum ini tidak hanya menjadi tempat untuk menyimpan benda-benda bersejarah, tetapi juga sebagai ruang yang menginspirasi pengunjung dengan cerita-cerita perjalanan para kadet penerbang yang membanggakan.


Penulis : Novia

Mahasiswi Magang Divisi Publikasi dan Promosi 

UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto

Editor : Ita Ratnasari


Referensi

Ita Ratnasari. Sejarah Replika Kadet AU RI – Misi Pengeboman Putera Indonesia Pertama. Diakses pada Senin, 22 Januari 2024. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/Vredeburg/sejarah-replika-kadet-au-ri-misi-pengeboman-putera-indonesia-pertama/ 

Dinas Pekerjaan Umum Kota Semarang. Pemkot Semarang : Sejarah Hari Bhakti TNI-AU. Diakses pada Senin 22 Januari 2024. https://dpu.semarangkota.go.id/Main_Content/News/73 

Kadet 1947. Diakses pada Senin 22 Januari 2024. https://lsf.go.id/movie/kadet-1947/ 




Bagaimana informasi yang disediakan website ini?
   

Bagaimana informasi yang disediakan website ini?