Setahun Pasca Peluncuran IHA, Museum Benteng Vredeburg Tunjukkan Konsistensi Transformasi dan Inovasi

administrators 20 Mei 2025 13:05:24 126


Setahun sudah berlalu sejak peluncuran Indonesian Heritage Agency (IHA) di Museum Benteng Vredeburg pada 16 Mei 2024. Peristiwa bersejarah tersebut menandai babak baru dalam pengelolaan museum dan cagar budaya di Indonesia. Sebagai lokasi peluncuran, Museum Benteng Vredeburg tidak hanya menjadi saksi awal transformasi, tetapi juga menjadi contoh nyata konsistensi dalam mengimplementasikan semangat re-imajinasi yang diusung IHA. Transformasi yang diinisiasi lewat IHA meliputi tiga aspek utama, yaitu reprogramming (pembaruan narasi dan kurasi), redesigning (perbaikan fisik dan fasilitas), serta reinvigorating (penguatan kelembagaan dan profesionalisme pengelolaan). Di Museum Benteng Vredeburg, ketiganya terus dijalankan secara konsisten.

Hingga kini, sejumlah fasilitas yang dihadirkan saat peluncuran, seperti pertunjukan video mapping sejarah, air mancur menari, serta pengembangan wisata malam, tetap menjadi daya tarik utama pengunjung. Upaya digitalisasi pun semakin terasa dengan perbaikan website museum, pembuatan video profil, serta rencana produksi podcast dan iklan di media massa. Dalam apel pagi Feri, selaku Bendahara Unit Museum Benteng Vredeburg, menyampaikan refleksi setahun transformasi museum pasca peluncuran IHA. Ia menyebut bahwa pada tahun ini branding museum lebih difokuskan pada karakter khas masing-masing unit (Senin, 19/5/2025).

“Kalau tahun lalu branding-nya difokuskan pada IHA, tahun ini kita mulai mengedepankan identitas unit. Museum Benteng Vredeburg harus tampil dengan karakter yang kuat agar publik mengenali dan loyal pada kita,” ujar Feri dalam sambutannya.

Ia juga mengungkapkan bahwa berbagai strategi penguatan citra museum telah disiapkan, termasuk pengajuan pengadaan proyektor, pencetakan brosur, dan kerja sama dengan media. Feri menambahkan bahwa dukungan dari pusat terhadap berbagai program yang diajukan menjadi sinyal positif bahwa Museum Benteng Vredeburg terus dipercaya sebagai garda depan pengelolaan museum berbasis layanan publik. Sambutan Feri juga menyinggung pentingnya peran pegawai, mitra kerja, dan mahasiswa magang sebagai duta museum. Ia mengajak semua pihak untuk menyebarkan nilai-nilai perjuangan dan kebajikan yang diwariskan di museum kepada masyarakat luas. Hal ini, menurutnya, bagian dari strategi jangka panjang dalam membangun hubungan emosional antara museum dan publik.

“Sebagai insan museum, kita punya tanggung jawab untuk menghidupkan nilai-nilai sejarah dan kebudayaan. Ceritakan hal baik dari museum ini ke orang lain. Itu bagian dari proses branding kita juga,” tutur Feri.

Sejumlah kerja sama dengan pelaku seni dan budaya yang sempat hadir dalam peluncuran IHA juga terus berlanjut. Kolaborasi dengan artis lokal untuk pertunjukan seni, kurasi bersama, hingga konten media sosial, menjadi salah satu bentuk konkret dari semangat kolaboratif yang digaungkan IHA sejak awal. Museum Benteng Vredeburg yang berdiri megah di titik nol kilometer Yogyakarta tidak sekadar menyimpan lebih dari 7.000 koleksi bersejarah, tetapi kini berkembang menjadi ruang belajar terbuka dan inklusif. Setahun setelah peluncuran IHA, museum ini membuktikan bahwa revitalisasi bukan hanya janji, melainkan kerja nyata yang terus dijaga dan diperkuat.

Dengan semangat kolaborasi, inovasi, dan pelestarian, Museum Benteng Vredeburg kini berdiri sebagai simbol nyata keberhasilan re-imajinasi pengelolaan museum di Indonesia. Transformasi ini bukan hanya menghadirkan wajah baru bagi museum sebagai ruang edukasi dan rekreasi publik, tetapi juga menegaskan posisi strategisnya sebagai pusat pelestarian nilai-nilai sejarah dan kebudayaan bangsa. Di balik capaian ini, hadir peran penting Indonesian Heritage Agency (IHA) yang terus mendorong praktik tata kelola yang profesional, partisipatif, dan berkelanjutan. Museum Benteng Vredeburg kini merepresentasikan wujud nyata dari komitmen IHA dalam mengangkat marwah budaya bangsa serta menjawab tantangan zaman dengan pendekatan kekinian yang tetap berpijak pada nilai-nilai luhur warisan sejarah.

 

Penulis: Aldinta Batrisyia Wasima (Ilmu Komunikasi, Universitas Brawijaya)

Editor : Ita Ratnasari

facebook  twitter-x  whatsapp  


Bagaimana informasi yang disediakan website ini?
   

Bagaimana informasi yang disediakan website ini?