Vredeburg.id

Perang gerilya adalah periode yang menguji keberanian dan ketahanan rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan mereka dari penjajah. Di Yogyakarta, sebuah museum bernama Museum Perjuangan Yogyakarta mengabadikan sejarah perjuangan tersebut melalui berbagai bentuk artefak dan lukisan yang menggambarkan momen-momen bersejarah.

Salah satu lukisan yang menarik perhatian pengunjung adalah lukisan dapur umum pada saat perang gerilya. Lukisan ini menggambarkan sebuah dapur umum di mana para pejuang dan rakyat biasa berkumpul untuk menerima makanan dan persediaan penting lainnya. Lukisan ini memberikan gambaran tentang kehidupan sehari-hari yang sulit dan tantangan yang dihadapi oleh rakyat pada masa perang gerilya.

Penyebutan dapur umum di Yogyakarta, pada masa awal kemerdekaan Indonesia maupun perang kemerdekaan kedua, bagi masyarakat bukanlah hal yang asing melainkan sangat dikenal.

Dapur umum termasuk bagian penting pada masa revolusi fisik 1948-1949. Salah satu dapur umum di daerah Gerilya adalah rumah Bapak Karyo Utomo di Banaran,Banjarsari Samigaluh, Kulonprogo. Rumah Bapak Karyo Utomo diperbolehkan untuk digunakan sebagai markas T.B. Simatupang yang merupakan pusat aktivitas perjuangan gerilya. Selain itu, di rumah ini juga diselenggarakan kegiatan dapur umum selama perang gerilya berlangsung yang dipimpin oleh Ibu Karyo Utomo dibantu dengan ibu-ibu yang lain seperti Ibu Sutilah, Ibu Rujiah, Ibu Rubinah, Ibu Sudriahi, Ibu Inem, Ibu Rubinem, dan sebagainya. Pada masa itu, para wanita dan ibu-ibu dengan penuh keikhlasan dan sukarela ikut berjuang melalui dapur umum, dengan menyediakan makanan dan minuman bagi para pejuang. Persediaan makanan melalui dapur umum menjadi salah satu faktor yang penting untuk mendukung jalannya pertempuran di garis depan perjuangan.

Para gerilyawan dan pengungsi tinggal di rumah-rumah penduduk di Banaran. Benda-benda yang terdapat di lukisan berperan dalam kegiatan dapur umum di rumah Bapak Karyo Utomo yang menyediakan kebutuhan makan dan minum bagi tentara, pejuang gerilyawan, terutama yang tinggal di rumah Bapak Karyo Utomo.

Lukisan dapur umum pada saat perang gerilya ini tidak hanya menjadi karya seni yang indah, tetapi juga mengingatkan kita akan perjuangan dan pengorbanan yang dilakukan oleh para pejuang dan rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan mereka. Lukisan ini menjelaskan betapa pentingnya persatuan dan kerja sama dalam menghadapi masa-masa sulit.

Museum Perjuangan Yogyakarta dengan bangga memamerkan lukisan dapur umum ini sebagai bagian dari koleksi mereka. Melalui lukisan ini, pengunjung dapat memahami betapa berharganya perjuangan dan keberanian yang diperlukan untuk meraih kemerdekaan. Lukisan ini adalah bukti nyata bahwa seni dapat menjadi sarana untuk menginspirasi dan menghormati perjuangan yang luar biasa dari para pahlawan kita.

Dengan adanya lukisan dapur umum ini, Museum Perjuangan Yogyakarta terus menjaga kenangan tentang perang gerilya dan mengajarkan generasi muda akan betapa pentingnya menghargai dan melindungi kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pendahulu mereka.

Penulis:Tiny Mafdalena (Ilmu Komunikasi, UMY)

Referensi:

Winarni, S., Sulisyo, V. A. S. P. M., Yustina, H., & Nurwanti, S. 2013. Dapur Umum Masa Perang Kemerdekaan II Di Yogyakarta. Repositori Institusi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi, 1–147.

Rafli, Zainal., Ninuk Lusyanti., Andri Wicaksono.2013. Antara Fiksi dan Realita: Representasi Revolusi Nasional 1945-1949 dalam Novel Indonesia. Yogyakarta:Garudhawaca.