Tragedi Pesawat Dakota VT-CLA: Refleksi Perjuangan TNI-AU

administrators 11 Maret 2022 18:25:01 3519


(Sumber: Panel diorama 29, Ruang Diorama 2, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, 8 Maret 2022)

Dunia penerbangan di Indonesia ramai  dengan bandara-bandara yang ikonik seperti Bandara Adisucipto di Yogyakarta, Bandara Adisumarmo di Surakarta, dan Bandara Abdulrachman Saleh di Malang. Penamaan bandara-bandara ini bukan tanpa alasan. Nama-nama tersebut diabadikan dari buah penghormatan bagi para pelopor TNI-AU yang gugur dalam sebuah tragedi. Lebih lanjut, tragedi yang dimaksud adalah tragedi serangan udara Pesawat Dakota VT-CLA. 

Dimulai pada 1947, TNI-AU melakukan penerbangan pemboman pertama melawan hadirnya pasukan Belanda di Indonesia. Pada 21 Juli 1947 Pasukan Belanda mengadakan serangan di daerah Maguwo dan mengepung ibukota RI di Yogyakarta. Selanjutnya Pasukan Belanda bermaksud untuk merebut daerah penghasil bahan pangan dan eksport penting di Indonesia seperti  di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatera. Serangan di daerah Maguwo tersebut membuat para kadet penerbang yang sedang menuntut ilmu di Maguwo ingin mengadakan serangan balasan. Serangan balasan dilaksanakan pada 29 Juli 1947. Serangan udara terjadi di daerah Ambarawa, Salatiga, dan Semarang. Tiga daerah tersebut merupakan daerah yang telah ditaklukkan Pasukan Belanda. Penyerangan di tiga daerah dipimpin oleh Kadet Penerbangan Sutardjo Sigit, Suharnoko Harbani, dan Mulyono, serta dibantu oleh tiga teknisi yang bertindak sebagai penembak udara yaitu Sutardjo, Kaput, dan Abdul Rachman. Serangan udara yang dilakukan menjelang subuh itu menggunakan dua buah pesawat yaitu Churen dan Guntei. 

Di lain sisi, perjuangan Indonesia dalam mempertahankan negara mendapatkan simpati negara lain. Salah satunya adalah dengan dikirimnya bantuan berupa 2 ton obat-obatan dari Palang Merah Malaya. Bantuan ini diangkut dengan Pesawat Dakota VT-CLA yang lepas landas dari lapangan terbang Kalang Singapura pada tanggal 29 Juli 1947 pukul 13.00 WIB. Pesawat dikemudikan oleh Alexander Noel Constantine, berkebangsaan Australia, yang berperan sebagai kapten pilot pesawat beserta rekannya Roy L.C. Hazlehurst, berkebangsaan Inggris, sebagai co-pilot. Awak pesawat lainnya adalah Kapten Udara Adisumarmo Wiryokusumo sebagai juru radio dan Bida Rahm, berkebangsaan India, sebagai juru teknis udara. Penumpang dalam Pesawat Dakota VT-CLA terdiri dari Komodor Muda Udara Agustinus Adisucipto, Komodor Muda Udara Abdulrachman Saleh, Nyonya Beryl Constantine, serta dua orang berkebangsaan Indonesia yang bertugas untuk membeli senjata di Singapura yaitu Abdul Gani Handonocokro dan Zainul Arifin.

Pada 29 Juli 1947 pukul 17.45 WIB Pesawat VT-CLA terbang rendah mengitari lapangan terbang Maguwo untuk mencari posisi pendaratan.  Tiba-tiba muncul pesawat milik Pasukan Belanda yaitu Pesawat P-40 Kitty Hawk  yang melakukan pengintaian terhadap Pesawat VT-CLA. Serangan tembakan dilancarkan oleh Pesawat P-40 Kitty ke arah Pesawat Dakota VT-CLA. Pesawat Dakota VT-CLA jatuh di wilayah Desa Jatikarang, Kelurahan Tamanan, Kapanewon Gondowulung, Kabupaten Bantul, Provinsi Yogyakarta. Badan pesawat patah menjadi dua dan bagian lainnya hancur berkeping-keping. Peristiwa tersebut menewaskan hampir seluruh orang dalam pesawat kecuali Abdul Gani Handonocokro.

Untuk menghormati jasa dan perjuangan para korban tragedi serangan udara tersebut, sejak 17 Agustus 1952 diabadikanlah nama-nama para pelopor TNI-AU menjadi nama Pangkalan Angkatan Udara (PAU) di beberapa tempat yaitu: PAU Maguwo, Yogyakarta menjadi PAU Adisucipto; dan PAU Bugis, Malang menjadi PAU Abdulrachman Saleh. Pada 25 Juli 1977 Pangkalan Udara Panasan, Surakarta berganti nama menjadi Pangkalan Udara Utama Adi Sumarmo (diambil dari nama Adisumarmo). Pada  17 April 1959  dikeluarkan Surat Pengumuman No. 16/16/Peng/KS/1959 tentang Penganugerahan Bintang Garuda secara anumerta kepada anggota Angkatan Udara yang telah gugur. Tokoh dari Tragedi Jatuhnya Pesawat Dakota VT-CLA yang dianugerahi penghargaan  ini adalah Laksamana Muda Udara (An) A. Adisucipto, Laksamana Muda Udara (An) Abdulrachman Saleh, dan Kapten Udara Adisumarmo Wiryokusumo. Selain itu, tanggal 29 Juli ditetapkan sebagai “Hari Berkabung AURI” dan selanjutnya pada 29 Juli 1962 peringatan tersebut berganti nama menjadi “Hari Bhakti TNI AU”. Di tempat jatuhnya Pesawat Dakota VT-CLA dibangun sebuah monumen peringatan bernama Monumen Ngoto yang pada tahun 2000 berganti nama menjadi Monumen Perjuangan TNI AU Ngoto.

Gugurnya para korban tragedi merupakan contoh tangguh cermin teladan bagi Bangsa Indonesia untuk terus berjuang menjaga martabat Indonesia. Para pahlawan leluhur TNI-AU tetap senantiasa mewariskan semangat perjuangan kepada generasi emas Indonesia.

Penulis: Pradipta Berliana Savitri (Magang Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta)

Referensi bacaan:

_. Sejarah Bergambar Catur Windu TNI-AU 1945-1977. Jakarta: Dinas Sejarah TNI Angkatan Udara. (1977).

Sulistya, Agus. Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Yogyakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. (2020).

Tim Redaksi. “Hari Bhakti TNI-Angkatan Udara 1976.” Angkasa. Juli-Agustus. No. 1. Th. XXV: 3-5. (1976).

Tim Subdisjarah Diswatpersau. Sejarah TNI Angkatan Udara Jilid 1 (1945-1949). Jakarta: SUBDISJARAH DISWATPERSAU. (2004).




Bagaimana informasi yang disediakan website ini?
   

Bagaimana informasi yang disediakan website ini?