Vredeburg Selenggarakan Talkshow Radio ‘TKR Garda Militer Pertama Indonesia'

administrators 22 Oktober 2021 19:36:10 790

Indonesia pada awal berdirinya sama sekali tidak mempunyai kesatuan tentara. Pemerintah hanya membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) untuk negara sebesar nusantara. BKR merupakan bagian dari Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP). BKR yang dibentuk dalam sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945 bukanlah tentara sebagai suatu organisasi kemiliteran yang resmi, namun hanyalah suatu badan yang bertugas menjaga keamanan negara. Terhadap hal tersebut, Urip Sumoharjo kemudian memprotes dengan ucapan : “Aneh! negara zonder (tanpa) tentara!” Menanggapi hal tersebut serta mempertimbangkan berbagai alasan lainnya, pemerintah pada tanggal 5 Oktober 1945 mengumumkan pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang merupakan cikal bakal TNI. 


Diskusi ini mengemuka dalam Talkshow Radio bertajuk ‘TKR: Garda Militer Pertama Indonesia’, Selasa (5/10/2021). Acara yang digelar untuk memperingati HUT ke-76 TNI disiarkan live streaming melalui Radio Swaragama FM. Hadir sebagai narasumber Satrio Dwi Cahyo, MSc., M.A. (Alumnus Kajian Strategi Militer S. Rajaratnam School of International Studies, Nanyang Technological University, Singapore) dan Muri Kurniawati, S.IP., M.A. (Pamong Budaya Ahli Madya). 


“Ketika kita merdeka, kita punya trauma dijajah oleh bangsa lain, jadi tidak cukup kalau hanya punya satu institusi keamanan dalam negeri meskipun institusi tersebut dipersenjatai”, jelas Ody, demikian sapaan akrab Satrio Dwi Cahyo. 


Selain itu, ketika terjadi pelucutan senjata Jepang banyak senjata yang jatuh ke tangan pemuda yang bukan BKR, sehingga sangat menyulitkan pengawasan pemerintah.  Oleh karena itu pada tanggal 5 Oktober 1945 pemerintah mengeluarkan Maklumat yang berbunyi, “Untuk memperkuat perasaan keamanan umum, maka diadakanlah satu Tentara Keamanan Rakyat”. Maklumat tersebut ditandatangani oleh Presiden Soekarno.  Sekarang jelas bahwa lembaga ini menjadi tentara yang bernaung dibawah pengawasan pemerintah pusat.  BKR yang didalamnya terdapat BKR Darat, BKR Laut, BKR Udara kemudian terintegrasi menjadi TKR Darat, TKR Laut dan TKR Udara.


Lebih lanjut, Ody menuturkan bahwa menindaklanjuti dibentuknya TKR, pada tanggal 9 Oktober 1945, Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang pada saat itu diketuai oleh Mr. Kasman Singodimedjo  mengeluarkan seruan mobilisasi TKR kepada seluruh rakyat Indonesia, baik yang belum pernah ikut dalam kegiatan militer, maupun yang pernah tergabung menjadi tentara PETA, KNIL, Heiho, Keigun, Barisan Pemudam Hisbullah, Pelopor, dll. Anggota TKR dipersyaratkan berbadan tegap (sehat jasmani) dan sentosa (sehat rohani). Ketika TKR dibentuk, tidak semua TKR melulu ditujukan untuk berperang, karena dibentuk juga pusat kesehatan yang terdiri dari para tenaga kesehatan. 


Kota Yogyakarta dipilih sebagai Markas Besar Umum (MBU) TKR. Semula MBU TKR bertempat di Grand Hotel (sekarang Hotel Garuda), kemudian dipindahkan ke Gedung yang terletak di Jl. Jenderal Soedirman Yogyakarta (sekarang Museum Pusat TNI AD Dharma Wiratama). Kemudian dalam perjalanannya, TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dirubah menjadi TKR (Tentara Keselamatan Rakyat), lalu dirubah lagi menjadi TRI (Tentara Republik Indonesia). Barulah pada tahun 1947 berdasarkan Penetapan Pemerintah No. 24 Tahun 1947 berubah menjadi TNI (Tentara Nasional Indonesia). 

Sementara Murry Kurniawati, S.IP., M.A. menyampaikan diorama di Musem Benteng Vredeburg Yogyakarta yang salah satunya menampilkan visualisasi Pelantikan Jenderal Soedirman sebagai Panglima Besar TNI oleh Presiden Soekarno yang disertai dengan pelantikan pucuk pimpinan TNI yang lain. Muri kemudian mencuplik pidato Soedirman dalam pelantikannya : “tentara hanya mempunyai kewajiban satu, ialah mempertahankan kedaulatan negara dan menjaga keselamatannya. Sudah cukup kalau tentara teguh memegang kewajiban ini, lagi pula sebagai tentara, disiplin harus dipegang teguh. Tentara tidak boleh menjadi alat suatu golongan atau orang siapa pun juga". Pidato ini kemudian menjadi acuan dasar di tubuh militer Indonesia, serta menjadi gagasan munculnya istilah Tentara Rakyat yang merupakan kesatuan tentara dengan rakyat. Maka harus selalu diingat bahwa rakyat adalah ‘ibu kandung’ bagi TNI, karena dibalik keberhasilan Indonesia dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan, ada peran besar rakyat sebagai komponen utama pendukung TNI. 

 

Penulis: Lilik Purwanti (Pamong Budaya Pertama Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta)
facebook  twitter-x  whatsapp  


Bagaimana informasi yang disediakan website ini?
   

Bagaimana informasi yang disediakan website ini?