Anak Muda Memaknai Kemerdekaan ‘Apapun Potensi Yang Kamu Punya, Itulah Yang Harus Kamu Berikan'

administrators 08 September 2021 13:36:35 911


Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Selasa (31/8/2021) menyelenggarakan bincang publik virtual dengan mengambil tema ‘Makna Kemerdekaan di Balik Karya Anak Muda’. Acara ini menghadirkan narasumber M. Zia Ul Haq (komikus) dan Ermawati ‘Mell Shaliha’ (novelis) dengan dimoderatori oleh Erwin Djunaedi (Founder Komunitas Malam Museum). Acara ini sebagaimana disampaikan oleh Drs. Suharja, Kepala Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta dalam sambutannya, bertujuan untuk merefleksikan generasi muda dalam memaknai kemerdekaan. Dengan karyanya yang beragam membuktikan bahwa generasi muda selalu mampu tampil dalam kancah perjuangan sesuai dengan jamannya. 


Dalam sesi bincang publik tersebut, Mell mengisahkan awal mula dirinya menekuni dunia penulisan. Selepas SMA, Mell yang berasal dari Gunung Kidul memutuskan menjadi Buruh Migran di Hongkong. Ketidakmampuan orangtua untuk membiayai kuliah, sementara ia berharap bisa melanjutkan kuliah di perguruan tinggi, maka saat itu ia berpikir untuk mencari uang yang banyak untuk mewujudkan harapannya. Ketika bekerja di Hongkong, tercabik hatinya tatkala mendapati stereotype orang luar negeri terhadap orang Indonesia bahwa orang Indonesia bodoh dan hanyalah seorang pesuruh. Tak terima dengan stereotype yang sangat merendahkan itu, Mell kemudian bertekad untuk merubah stereotype tersebut dengan mengasah potensinya di organisasi kepenulisan yang ada di Hongkong.

 

“Jadi teman-teman, keluarlah dari stereotype yang buruk tentang dirimu. Apapun potensi yang kamu punya, itulah yang harus kamu berikan”, papar penulis Novel Xie Xie Ni De Ai, Crying Winter, The Dream in Taipei City, serta beberapa novel lainnya yang rata-rata mengambil setting lokasi di luar negeri ini.


Sementara M. Zia Ul Haq, ketika ditanya moderator tentang sudahkah Indonesia merdeka, ia menjawab bahwa Indonesia secara yuridis sudah merdeka dari penjajahan bangsa lain dengan adanya pengakuan De Facto dan De Jure. Namun apabila dilihat dari kacamata yang lebih luas, masih banyak aspek yang perlu direnungi apakah kita sudah benar-benar merdeka. Salah satu contoh ketidakmerdekaan dalam dunia komikus, yakni ketika kreator original yang terjun dalam dunia webtoon, kreator asal Korea Selatan bahkan mampu menarik pangsa pasar masyarakat Indonesia, sedangkan kreator Indonesia tidak mendapatkan kesempatan yang lebih untuk meraup pembaca luar negeri (korea). Masyarakat Indonesia memiliki pandangan bahwa apapun budaya yang dibawa dari luar, selagi itu positif dan sesuai dengan nilai-nilai maka akan diterima dan beradaptasi, namun sayangnya, masyarakat luar negeri tidak memiliki pandangan yang sama. 


Penulis: Lilik Purwanti (Pamong Budaya Pertama Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta)



Bagaimana informasi yang disediakan website ini?
   

Bagaimana informasi yang disediakan website ini?