Edukasi Pengelolaan Finansial Keluarga, Dharma Wanita Museum Benteng Vredeburg Hadirkan Financial Planner

Pandemi yang berlangsung semenjak tahun 2020 nyatanya masih berlanjut hingga tahun 2022. Kondisi ini sangat berdampak pada beberapa sektor kehidupan, terutama dalam kondisi finansial keluarga.

Ibu sebagai bendahara keluarga tentunya harus beradaptasi agar keuangan keluarga tetap stabil selama selama masa pandemi berlangsung. Terlebih menyadari bahwa faktor ekonomi turut memberi andil besar bagi terciptanya keharmonisan keluarga. Oleh karenanya, Dharma Wanita Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta pada hari Sabtu (19/2/2022) secara khusus menyelenggarakan webinar dengan menghadirkan narasumber Nur’aini Yuwanita Wakan, SE, CFP  atau yang akrab disapa Nita Wakan, yang merupakan Certified Financial Planner (CFP) . Webinar yang bertajuk ‘Tips Mengelola Finansial Keluarga di Era Pandemi’ ini diikuti oleh internal anggota Dharma Wanita Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta yang terdiri dari karyawati, istri karyawan, karyawati yang telah purna tugas, serta istri karyawan yang telah purna tugas. Turut memberikan sambutan serta membuka acara, Ibu Yusnanik Suharja selaku Pembina Dharma Wanita Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.     

Nita Wakan dalam paparannya mengungkapkan bahwa situasi pandemi menguji kemampuan kita terkait keuangan pribadi, karena beberapa hal, seperti pendapatan berkurang atau hilang; pengeluaran tetap atau bahkan meningkat; tidak punya dana darurat; kenaikan biaya kesehatan; ketersediaan makanan pokok yang terbatas; sementara terdapat kewajiban yang harus dipenuhi seperti utang / premi. 

“Saat menghadapi tantangan Covid-19, kita berada di gelombang yang sama tapi di perahu yang berbeda. Saya katakan ‘perahu berbeda’ karena ketahanan ekonomi dari tiap-tiap orang yang berbeda”, papar pendiri sekaligus Direktur Youth Finance Indonesia ini. 

Maka Nita menekankan pentingnya memiliki dana darurat. Dana darurat ini masing-masing keluarga nominalnya tidaklah sama. Ia kemudian membagikan rumus penghitungan dana darurat yakni mengalikan kovarian dengan pengeluaran bulanan. Adapun nilai kovarian dari masing-masing individu dikeluarga terbagi dalam: Pencari nafkah utama memiliki nilai 4; Istri yang bekerja nilainya 1; Istri yang tidak bekerja memiliki nilai 2; Anak dalam usia belum produktif dinilai 3; dan Anak dalam usia produktif belum bekerja dinilai 1. 

Nita juga menyarankan untuk melakukan finansial check up untuk memastikan finansial keluarga dalam kondisi sehat atau tidak sehat. Kondisi finansial yang sehat menempatkan hutang dalam porsi tidak lebih dari 30%. Apabila melebihi 30% maka harus segera mengupayakan peningkatan pendapatan. 

Selain itu dalam pengelolaan finansial, Nita juga menekankan pentingnya menentukan skala pioritas dalam pemenuhan kebutuhan keluarga. Untuk menentukan skala prioritas, dilakukan dengan membagi kebutuhan kedalam empat kuadrant. Empat kuadrant tersebut yakni (1) penting dan tidak mendesak; (2) penting dan mendesak; (3) tidak mendesak dan tidak penting; dan (4) mendesak dan tidak penting. 

Dalam kesempatan tersebut alumnus Universitas Tohuku Sendai Jepang ini juga mengungkapkan bahwa Pandemi selain dihadapkan pada tantangan, sesungguhnya juga dihadapkan pada peluang. Konsumen Indonesia menghabiskan lebih banyak waktu dan uang mereka untuk layanan digital dan akan terus melakukannya setelah wabah. 74 Persen dari Populasi Indonesia adalah pengguna Internet, dengan rata-rata menghabiskan waktu 9 jam per hari berselancar di dunia maya. Selama pandemi ini tercatat  peningkatan sejumlah 61 persen belanja e-commerce di Indonesia; transaksi delivery makanan tercatat omzet sejumlah 3,7 miliar dolar; pengguna e-wallet sejumlah 63 juta. Maka sejumlah aplikasi seperti Gojek dan TaniHub mengalami pertumbuhan yang spektakuler pada tahun 2020. Selain itu, jumlah investor Indonesia melesat hingga 6,43 juta investor, yang didominasi oleh kaum milenial. 

Penulis : Lilik Purwanti (Pamong Budaya Ahli Pertama Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta)