LUMPANG BATU : SAKSI SEJARAH PERJUANGAN TENTARA GENIE PELAJAR (TGP) DI YOGYAKARTA

administrators 17 November 2023 14:30:26 940

Peralatan senjata seperti bambu runcing, keris, dan senjata api dibutuhkan dalam mendukung masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Tidak hanya itu peralatan dapur seperti lumpang batu, cangkir, dan peralatan makan lainnya juga dibutuhkan untuk mewadahi pelayanan logistik pada masa perjuangan. Penggunaan peralatan tersebut juga merupakan dukungan dari masyarakat dari kalangan perempuan untuk berjuang bersama membantu para pejuang agar tetap memiliki energi ketika masa perjuangan berlangsung. Salah satunya adalah lumpang batu saksi sejarah perjuangan Tentara Genie Pelajar (TGP) yang ikut serta berjuang melawan penjajah pada masa agresi militer belanda II di wilayah Yogyakarta Barat yang bermarkas di rumah Bp. Mulyo Sewoyo selaku lurah pada masa itu. 


Terbentuknya Tentara Genie Pelajar (TGP)


20 Agustus 1945 KNI Daerah Surabaya dibentuk, disusul dengan pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR). Para pelajar Surabaya yang ingin berkontribusi dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia juga dibentuk BKR Pelajar Genie Pertahanan Surabaya yang terdiri dari pelajar Sekolah teknik di bawah pimpinan Ir. Nowo Joyo Sentono. Pasukan tersebut kemudian dikenal dengan nama Pasukan Sekolah Teknik Surabaya (STS) yang merupakan embrio dari Tentara Genie Pelajar (TGP). Tentara Genie Pelajar (TGP) dibentuk di Malang pada 2 Februari 1947 di bawah komando Datasemen Genie Divisi VII dengan Sunarto sebagai ketuanya. 


Pasukan TGP mengembangkan organisasinya ke daerah-daerah lain setelah sebelumnya di Yogyakarta telah terbentuk Tentara Pejuang Sekolah Teknik. Akibat adanya kesamaan dengan kesatuan TGP, utusan dari TGP datang ke Yogyakarta untuk menawarkan penggabungan kesatuan Tentara Pelajar Bagian Teknik Batalyon 300 dan TGP. Setelah disetujui kemudian dibentuk Datasemen TGP di Yogyakarta dipimpin oleh Sudarman yang disaksikan oleh utusan TGP Pusat. TGP Yogyakarta kemudian berubah menjadi Kompi IV dalam Datasemen V TGP di tahun 1948 di bawah komando Brigade XVII TNI. 


Pecahnya agresi militer belanda II

Agresi militer belanda II dilancarkan pada Desember 1948 dan ditujukan untuk ibu kota Republik Indonesia yaitu Yogyakarta. Maguwo menjadi wilayah pertama yang dihujani bom hingga menggugurkan 40 pasukan angkatan udara tanpa korban jiwa dari pihak Belanda. Tidak lama dari itu Belanda mulai menguasai Yogyakarta, maka dari itu kompi IV TGP yang bermarkas di rumah lurah Margomulyo mulai menyusun langkah selanjutnya untuk memulai gerakan. Kompi IV TGP di bawah komando SWK 106 yang dipimpin oleh Letkol Sudarto melakukan konsolidasi dan ditugaskan menghancurkan jembatan, jalan, dan rel kereta api yang sering digunakan oleh Belanda. Selain itu mereka juga ditugaskan untuk melakukan pencegatan terhadap konvoi Belanda. 


Pasukan kompi IV TGP memiliki senjata andalan yang terkenal yaitu bom larik. Selain itu pasukan kompi IV TGP juga terlibat dalam serangan 1 Maret 1949, mereka ditugaskan menyerang pertahanan Belanda dari sisi barat Yogyakarta tepatnya di sepanjang jalan malioboro. Perlawanan TGP terus berlanjut hingga dilaksanakannya Konferensi Meja Bundar (KMB) yang mengakui kedaulatan Republik Indonesia dan secara resmi terbebas dari penjajahan Belanda. 


Jasa para pelajar yang turut berjuang mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia tidak dapat dipandang sebelah mata. Selama tinggal di markas pasukan kompi IV TGP diberikan tempat tinggal dan makanan. Mengingat beberapa peralatan yang menunjang logistik pada masa itu merupakan benda bersejarah pada tanggal 15 Oktober 1996 berdasarkan berita acara serah terima barang nomor 133/BPP.MBY/X/U.96 Lumpang Batu diangkat menjadi salah satu koleksi Museum Perjuangan Yogyakarta bersama dengan benda benda bersejarah lainnya. 


Refrensi:

Putra, S. R. C. (2019). Peran Tentara Genie Pelajar Dalam Perang Kemerdekaan II Di Yogyakarta Tahun 1948-1949. Ilmu Sejarah-S1, 4(1).

Chusbiantoro, Jauhari dan V. Agus Sulistya. (2021). Buku Panduan Museum Perjuangan Yogyakarta. Yogyakarta: Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.



Penulis: Nurul Laeli (Mahasiswa Magang, Universitas Negeri Yogyakarta)




Bagaimana informasi yang disediakan website ini?
   

Bagaimana informasi yang disediakan website ini?