Antusias Belajar Sejarah di Museum, Peserta Vredeburg Virtual Visit Membludak

administrators 30 Agustus 2021 11:45:30 713

Pandemi yang belum juga usai, hingga Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang harus beberapa kali diperpanjang, mengakibatkan kejenuhan belajar bagi para siswa. Kehadiran Vredeburg Virtual Visit menjadi solusi untuk menghadirkan pembelajaran sejarah yang edukatif sekaligus menghibur. Antusiasme siswa ini terlihat dari membludaknya peserta Vredeburg Virtual Visit pada hari Rabu (11/8) hingga mencapai lebih dari 300 peserta. Acara yang tadinya dijadwalkan hanya diikuti oleh siswa SLB Negeri 1 Yogyakarta, namun ternyata beberapa sekolah di Yogyakarta tak mau ketinggalan dan ikut bergabung dalam Vredeburg Virtual Visit. Acara tersebut dipandu oleh Rr. Murry Kurniawati, SIP., MA. (Pamong Budaya Madya Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta), dan Mahtisa Iswari, SS. (Pamong Budaya Ahli Muda Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta) dengan dibantu penerjemah bahasa isyarat dari SLB Negeri 1 Yogyakarta, Elwis Latifah. 

Dalam sambutannya, Kepala Sekolah SLB Negeri 1 Yogyakarta, Sri Muji Rahayu menyampaikan ucapan terima kasih kepada Kepala Museum serta para staff Museum yang telah meluangkan waktunya untuk membersamai siswa untuk belajar sejarah di museum. Ia juga berharap agar pandemi segera berlalu, sehingga para siswa berkesempatan melakukan kunjungan fisik ke museum. 

Vredeburg Virtual Visit diawali dengan menampilkan profil Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Profil Museum Benteng Vredeburg dikemas dengan sajian animasi yang menampilkan tokoh Bayu dan Sekar yang sedang bersepeda dikawasan Malioboro, kemudian mampir ke Museum Benteng Vredeburg. Keduanya disambut oleh Pak Pandu (pemandu museum) yang kemudian mengisahkan tentang sejarah berdirinya Benteng Vredeburg. Pendirian Benteng Vredeburg, sebagaimana dikisahkan oleh Pak Pandu, diawali tahun 1760, atas permintaan Belanda pada Sultan Hamengku Buwono I untuk membangun benteng yang sederhana berbentuk bujur sangkar. Kemudian penyempurnaan menjadi beton dilakukan dalam dua tahap yakni pada tahun 1765 dan 1767. Proses pembangunan sangat lambat sehingga setelah 20 tahun bangunan benteng baru selesai, kemudian diberi nama Benteng Rustenberg yang berarti Benteng Peristirahatan. Pada tahun 1811 Benteng dikuasai Inggris dibawah kepemimpinan Letnan Gubernur Thomas Stanford Raffles. Namun tak berlangsung lama, 5 tahun kemudian Belanda dapat mengambil alih kembali. Kemudian, pada tahun 1867 di Yogyakarta terjadi gempa yang sangat dahsyat sehingga serobohkan sebagian besar Benteng Rustenberg. Setelahnya, bangunan Benteng diperbaiki dan berganti nama menjadi Benteng Vredeburg yang berarti Benteng Perdamaian. Pergantian nama ini menjadi simbol dari hubungan kesultanan Yogyakarta dengan Belanda yang tidak saling menyerang pada waktu itu. Setelah Belanda menyerah pada Jepang pada tahun 1942, Benteng dijadikan markas dan tempat penahanan oleh Jepang. Pada masa kemerdekaan penanganan Benteng Vredeburg diserahkan kepada Instansi Militer indonesia. Pada masa Agresi Militer Belanda kedua, Belanda dapat mengambil alih kembali selanjutnya Benteng Vredeburg dipergunakan sebagai markas Belanda. Pada 1 Maret 1949 yang dikenal sebagai Serangan Umum 1 Maret, Benteng Vredeburg direbut kembali oleh pejuang Kemerdekaan dan tak lama kemudian benteng dijadikan sebagai Markas Satuan Tempur yang disebut sebagai Batalyon 403. Tahun 1992 Benteng Vredeburg resmi dijadikan sebagai Museum seperti saat ini. Beberapa tokoh dibalik penetapan Benteng Vredeburg sebagai museum yakni Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Dr. Daoed Joesoef,  Dr. Nugroho Notosusanto, dan Prof. Dr. Fuad Hassan.

Setelah menampilkan profil museum, acara kemudian dilanjutkan dengan keliling museum yang dipandu oleh Mahtisa Iswari. Diawali dari pengenalan halaman museum yang menampilkan ilustrasi sejarah Benteng Vredeburg yang ditandai dengan koleksi meriam serta patung tentara Belanda, Inggris dan Jepang yang pernah berturut-turut menempati Benteng. Setelahnya, dilanjutkan menuju empat ruang diorama museum.

“Selain koleksi yang ada dihalaman Museum, terdapat juga empat ruang pamer atau diorama. Yang membedakan antara Diorama 1, Diorama 2, Diorama 3 dan Diorama 4 adalah tentang waktu peristiwa sejarahnya terjadi”, jelas Mahtisa.  

Lebih lanjut Mahtisa menjelaskan bahwa Diorama 1 berisikan koleksi / adegan peristiwa sejarah perjuangan bangsa Indoenesia sebelum kemerdekaan. Diorama 2 memuat koleksi tentang peristiwa awal kemerdekaan. Diorama 3 berisikan koleksi tentang sejarah perjuangan bangsa Indonesia ketika melawan Agresi Militer Belanda 2 dan pengakuan kedaulatan RIS.. Sedangkan Diorama 4 memuat koleksi tentang sejarah Indonesia saat kembali ke bentuk pemerintahan NKRI sampai dengan masa Orde Baru. 


Penulis: Lilik Purwanti (Pamong Budaya Pertama Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta)

facebook  twitter-x  whatsapp  


Bagaimana informasi yang disediakan website ini?
   

Bagaimana informasi yang disediakan website ini?