Gaya Indische: Karakter Kekuatan Arsitektur Benteng Vredeburg Yogyakarta

administrators 18 Agustus 2023 16:30:15 5313

Kolonialisme Belanda di Nusantara memengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan ekonomi, sosial, budaya. Kebudayaan Indonesia yang lambat laun “berbaur” dengan kebudayaan Eropa (Belanda) memunculkan suatu kebudayaan baru yang disebut dengan Kebudayaan Indis (Soekiman 2011). Dalam hal arsitektur, Belanda membawa pengaruhnya untuk membangun gedung maupun pemukiman ala Eropa. Kepribadian Bangsa Jawa (local genius) dan iklim tropis di Indonesia juga memengaruhi peran akulturasi dua kebudayaan ini. Hal ini tentunya mengalami evolusi yang berkembang menurut perkembangan teknologi dan kondisi iklim. Menurut Handinoto (2012), fase gaya arsitektur Belanda terbagi menjadi 3 lini masa, antara lain Indische Empire Style yang terjadi pada sekitar abad ke-18 hingga ke-19, arsitektur transisi mulai tahun 1890 hingga 1915, dan arsitektur kolonial modern yang dimulai pada tahun 1915 hingga 1940. Arsitektur Indische dinilai memiliki citra bangunan yang eksentrik.

Gambar 1: 

Karakteristik Bangunan di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Urutan Sesuai Nomor: hiasan puncak atap (Nok Acroterie) (1), ukuran jendela yang besar (2 dan 5), gedung pengapit dengan tiang pilar khas Doria (3), dan lapisan tembok yang tebal (4)


Gaya Indische Empire Style diperkenalkan oleh H.W. Daendels yang saat itu ditugaskan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai gubernur jenderal pada tahun jabatan 1808-1811 (Handinoto Handinoto 2008). Sesuai namanya, Indische memiliki arti “Hindia”. Nama tersebut mencerminkan gaya bangunan dari Eropa, terutama Belanda. Gaya ini merupakan perpaduan kebudayaan Eropa dengan budaya Indonesia dan beberapa dari kebudayaan Tionghoa (Handinoto 2010). Gaya ini memiliki karakteristik tertentu yang ada di tiap ruangan dalam suatu gedung. Salah satu cirinya adalah pada bagian teras yang luas dan di ujungnya terdapat kolom bernuansa Yunani, seperti Doric, Ionic, dan Corinthian (Purnomo, Waani, and Wuisang 2017).


Untuk Indische Empire Style dapat kita temukan di salah satu tempat bersejarah yaitu Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Terlebih lagi, benteng ini merupakan generasi pertama yang menggunakan konsep gaya bangunan terkait. Pada area gerbang masuk, gaya bangunan yang bernuansa Yunani-Romawi sangat mudah terlihat pada bagian tiang-tiang pilar bergaya Doria. Setelah gerbang masuk, terdapat dua gedung “pengapit” yang juga bergaya Yunani pada masa Renaissance. Kita juga dapat melihat kekhasan gaya Belanda lainnya seperti jendela yang besar dan tembok yang tebal. Selain itu, pada gedung tertentu terdapat bentuk hiasan puncak atap (Nok Acroterie) seperti cerobong asap semu berukuran pendek yang diukir (Soekiman 2011). Bentuk atapnya mayoritas bernuansa Jawa, seperti bergaya joglo dan limasan.


Referensi:

Handinoto. 2010. Arsitektur Dan Kota-Kota Di Jawa Pada Masa Kolonial. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Handinoto Handinoto. 2008. “Daendels Dan Perkembangan Arsitektur Di Hindia Belanda Abad 19.” DIMENSI (Jurnal Teknik Arsitektur) 36(1): 43–53. http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/ars/article/view/16973.

Purnomo, Hery, Judi O Waani, and Cynthia E V Wuisang. 2017. “Gaya & Karakter Visual Arsitektur Kolonial Belanda Di Kawasan Benteng Oranje Ternate.” Jurnal Media Matrasain 14(1): 23–33. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmm/article/view/15443/14987.

Soekiman, Djoko. 2011. Kebudayaan Indis Dari Zaman Kompeni Sampai Revolusi. 1st ed. Jakarta: Komunitas Bambu.


Penulis: Muhammad Dzaky Putra Sani (Mahasiswa Magang Universitas Sebelas Maret)


facebook  twitter-x  whatsapp  


Bagaimana informasi yang disediakan website ini?
   

Bagaimana informasi yang disediakan website ini?