Kilas Balik Jogja Kembali: Penghadangan Patroli Belanda oleh Peleton III

administrators 27 Oktober 2022 09:27:08 3256

Pasukan Belanda yang terus-menerus menyerang Indonesia pada saat Agresi Militer II terjadi, membuat resah para pimpinan PBB. Selanjutnya, PBB mengambil langkah tegas untuk mendamaikan kedua belah pihak, Indonesia-Belanda dengan mengadakan Perjanjian Roem-Royen yang diadakan di Hotel Des Indes Jakarta. Perjanjian Roem-Royen diwakili oleh Muhammad Roem dari Indonesia dan Herman van Roijen (Royen) dari Belanda. Perjanjian Roem-Royen menghasilkan beberapa kesepakatan, salah satunya adalah mengembalikan pusat pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta. 

Replika lukisan “Pertempuran Peleton Aliadi dalam Penghadangan Patroli Belanda di Kayunan” yang terpajang pada Diorama 2 Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta merupakan hasil karya seni dari Frans Harsono, seorang anggota Brigade 17 Tentara Pelajar Yogyakarta. Lukisan asli dari replika tersebut disimpan dalam koleksi storage Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Menyongsong kembalinya pemerintah RI ke Yogyakarta, TNI dan rakyat semakin gencar mengusir tentara Belanda dari Yogyakarta. Segala upaya mulai dilakukan, mulai dari Perang Gerilya yang merupakan buntut dari Serangan Umum Satu Maret, hingga pertempuran-pertempuran peleton yang menghadang pasukan Belanda di beberapa titik Kota Yogyakarta.

Dalam lukisan tersebut terlihat bahwa pasukan peleton III di bawah pimpinan Letda Aliadi sedang mengamati gerak-gerik tentara Belanda yang sedang berpatroli sebelum akhirnya melepaskan tembakan. Sekitar pada minggu ke-3 bulan Mei 1949, rakyat yang bermukim di Dusun Kayunan menginformasikan bahwa pasukan Belanda yang menjaga pos Kledokan sedang berpatroli melalui Balong menuju ke arah selatan, dan kemungkinan besar akan melewati Dusun Kayunan. Mendengar informasi tersebut, Letda Aliadi beserta pasukan peleton III mengambil posisi tempur di sepanjang tembok batu sebelah utara Dusun Kayunan. Di bawah pimpinan Letda Aliadi, peristiwa tembak-menembak pun terjadi. Akibat dari pertempuran tersebut, setidaknya 4 orang serdadu Belanda tewas. 

Rakyat setempat bersama aparat semakin gencar mengusir pasukan Belanda dari wilayah Yogyakarta. Sampai pada tanggal 29 Juni 1949, seluruh tentara Belanda ditarik secara resmi dari Kota Yogyakarta. Hal tersebut juga merupakan hasil dari perjanjian “suspension of Arm” yang telah disepakati antara RI dan Belanda, yang mengharuskan tentara-tentara Belanda akan ditarik dan digantikan dengan TNI. Peristiwa penarikan tentara Belanda dari Yogyakarta tersebut adalah inti dari peristiwa Jogja Kembali, sebagai bentuk kembalinya pemerintah pusat Republik Indonesia ke Yogyakarta. 


Amelia Fajar Putri (Magang Universitas Negeri Yogyakarta)


facebook  twitter-x  whatsapp  


Bagaimana informasi yang disediakan website ini?
   

Bagaimana informasi yang disediakan website ini?